MAKALAH TITRASI
ARGENTOMETRI
DISUSUN OLEH :
KELAS 3K
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
DWI RHOMANDONI PUTRI (1304015148)
2.
ERLINDA SYAFITRI (1304015163)
3.
RINDA ANITASARI (1404017017)
MATA KULIAH ANALISA FARMASI
FAKULTAS FARMASI dan SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.
HAMKA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang
berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam
perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar
garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. Titrasi pengendapan
didasarkan pada reaksi pengendapan, seperti:
Ag+
+ Cl- → AgCl (s)
Ag+
+ I- → AgI (s)
Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Empat
teknik argentometri telah dikembangkan yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans dan Leibig. Mohr mengembangkan
titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral. Larutan standar yang dipergunakan adalah perak nitrat, dengan indikator
kalium kromat. Pada penambahan perak nitrat akan terbentuk endapan berwarna
putih sampai mencapai titik ekivalen, penambahan sedikit saja perak nitrat akan
menyebabkan terjadi endapan merah yang berasal dari perak kromat. Hal ini
mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromida sudah bereaksi.
Teknik Volhard, dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan
Fajans dan Leibig kedua-duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalensi
titrasi. Fajans mnegembangkan indikator adsorbsi, dimana warna teradsorpsi pada
permukaan endapan sehinga terjadi perubahan warna pada endapan sebagai titik
akhir titrasi. Sedangkan Leibig terbentuknya larutan yang kurah karena adanya senyawa kompleks
sianida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah
satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau
garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat
mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya
reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
2.2 Metode-metode Dalam Titrasi
Argentometri
1. Metode Mohr : Pembentukan Suatu
Endapan Berwarna
Pada metode
ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4.
Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi,
ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4
yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas,
tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2.
Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab
konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan
dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini,
endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang
terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi
sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan
garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2. Metode Volhard : Pembentukan
kompleks berwarna
Titrasi Ag dengan
NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode
volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih
bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk
menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+
akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan
klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi
balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
3. Metode Fajans : Penggunaan Indikator
Adsorpsi
Dalam
titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa
lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya
flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein
akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI Û H+ +
FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau
kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam
perubahan, yakni : (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii)
larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi.
Susunan dan perubahan warna indicator adsorbsi
Fluorescein, merupakan larutan 0,2 %
flourosein dalam alcohol 70 % atau larutan 0,2 % natrium flourosein dalam air.
Diklorofluorescein, merupakan larutan
0,1 % diklofluorescein dalam alcohol 70 % atau larutan 0,1 % garam natrium
dalam air.
Eosin, merupakan
larutan 0,1 % eosin dalam alcohol 70 % atau larutan 0,1 % garam natrium dalam air.
Rhodamin b, merupakan larutan 0,05 %
dalam air.
Tabel
7.2.
Pemilihan
dan perubahan warna
Indikator
|
Penggunaan
|
Perubahan warna pada titik akhir
|
Keterangan
|
Fluorescein
|
Cl-, Br-, I-,
CNS- dengan Ag+
|
Hijau kekuningan → kemerah-merahan
|
Larutan sedikit basa
|
Diklorofluorescein
|
Cl-, Br-, I-,
CNS- dengan Ag+
|
Hijau kekuningan → kemerah-merahan
|
PH larutan 4,4-7
|
Eosin
|
Br-, I-, CNS-
dengan Ag+
|
Kemerah-merahan → ungu kemerahan
|
Dalam larutan asam asetat dengan PH 1-2
|
Rhodamin 6G
|
Ag+ dengan Br-
|
Jingga kemerah-merahan → ungu kemerah-merahan
|
Dalam larutan asam nitrat encer keasaman tidak lebih
0,5 N
|
1. Metode Leibig
Pada Metode
ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk
endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks
sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak
nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir
ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan
titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut
pada saat mendekati titik akhir titrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri
1.
Metode
Mohr
·
Pengertian
Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna) dapat
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4
sebagai indicator. Titrasi mohr dari klorida dengan ion perak yang dalam hal
ini ion kromat digunakan sebagai indicator. Penampilan utama yang tetap dari
endapan perak kromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi
(Anonim). Titrasi mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH 6-10.
Metode
Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl-
dan
Br-
dalam
suasana
netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan K2CrO4
sebagai
indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan
setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk
endapan perak CrO4-
yang berwarna merah.Perak adalah logam putih, dapat ditempa dan liat.
Rapatannya tinggi (10,5 g ml-1) dan ia
melebur
pada 960,5 oC, ia tak larut
dalam asam klorida,asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat
encer
(2M). Perak nitrat mudah larut dalam air, perak asetat, perak nitrit, dan perak
sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa
perak lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Seperti sistem asam, basa dapat
digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa.
Pembentukan suatu
endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak
dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan
dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir
(TE).
Kerugian metode Mohr :
1. Adanya ion-ion seperti sulfide,
fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.\
2. Titik akhir kurang sensitive jika
menggunakan larutan yang encer.
3. Ion-ion yang diadsorbsindari sampel
menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga pengocokan yang
kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang
terjebak tadi.
·
Standarisasi larutan baku
Standarisasi larutan AgNO3
dengan menggunakan larutan NaCl 0,1 N
1. Dipipet 10
ml larutan baku NaCl 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan
1 ml larutan K2CrO4 5%
3. Dititrasi
dengan larutan AgNO3 hingga larutan berwarna coklat
4. Dikocok
hingga warna tidak hilang dan dicatat volume yang dibutuhkan.
·
Penetapan kadar
Penetapan
kadar NaCl dalam garam dapur (Metode Mohr)
Prosedur Misalkan:
·
Timbang dengan seksama 250 mg
natrium klorida, larutkan dalam 50 ml air.
·
Titrasi dengan larutan baku perak
nitrat 0,1 N dengan menggunakan indicator kalium kromat 1 ml.
·
Tiap ml perak nitrat 0,1 N setara
dengan 5,844 mg natrium klorida.
·
Contoh soal
Akan
ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0 g sampel
garam dilarutkan dalam air sampai 100,0 mL . Sebanyak 10,0 mL larutan tersebut
dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1100 N dengan cara Mohr. Untuk
larutan sampel membutuhkan pentiter 9,60 mL, sedangakan untuk blangko
0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar NaCl dalam sampel garam tersebut
dalam % b/b.
o
Pada saat TE
( dianggap sama dengan TAT ) berlaku rumus dasar volumetri
yaitu : mmolek sampel = mmolek pentiter
o
Dalam hal
Argentometri :
o
mmolek
sampel = mmolek Ag+ atau Vs x N s = VAg+
x N Ag+
o
s
= sampel
o
Vol. Pentiter
yang diperlukan = 9,60 – 0,10 = 9,50 mL
o
Dari rumus
di atas , maka : [Cl-] = N = 0,1056 M
o
Jadi kadar
NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml sampel
mengandung
o
NaCl =
100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol = 0,01056 x 58,5 g = 0, 62 g
= 0,62 / 1,0 x 100 % = 62 %
·
Reaksi
Metode Mohr
AgNO3 +
NaCl ® AgCl¯ + NaNO3
putih
2 AgNO3 + K2CrO4
® Ag2CrO4¯ + 2KNO3
merah coklat
2.
Metode Fajans
·
Pengertian
Metode Fajans menggunakan indicator
senyawa organic yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama
titrasi argentometri berlangsung. Indicator yang biasa digunakan yaitu
indicator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna.
Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah : AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl + NaNO3(aq)
Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indicator pada endapan AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna.
Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah : AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl + NaNO3(aq)
Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indicator pada endapan AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.
·
Standarisasi larutan baku
1.
Siapkan larutan standar NaCl 0,1N dengan cara melarutkan 5,8
gram NaCl (yang telah dikeringkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 1100C)
ke dalam 1000 mlL aquades didalam labu ukur.
2.
Ambil 25,00 mL larutan NaCl tersebut dengan pipet volume,
tuangkanke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
3.
Tambahkan 0,4 mL indikator diklorofluoroscein dan 0,1 gram
dekstrin.
4.
Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1N yang telah
disiapkan, sampai pertama kali terbentuk warna merah muda pada permukaan
endapan AgCl yang terbentuk
5. Percobaan diulang 3 kali.
·
Penetapan kadar Kalium iodida
Prosedur :
1. Timbang
dengan seksama 300 mg zat, larutkan dalam 25 ml air, tambahkan 1,5 ml asam
asetat encer P.
2. Titrasi
dengan larutan perak nitrat 0,1 N dengan menggunakan indicator eosin LP 2 tetes
hingga warna endapan yang terbentuk berubah menjadi merah.
3. Tiap ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,60
mg kalium iodida.
· Reaksi
Metode
Fajans
AgNO3 +
NaCl ® AgCl¯ + NaNO3
3. Metode
Volhard
· Pengertian
Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama
titrasi, Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang
berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah
thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat
kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar
Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didabsorpsi. Pada metode Volhard untuk
menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+
akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke larutan klorida tentunya
tidak bereaksi.
Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena
AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.
Sehingga : AgCl + CNS-
AgCNS + Cl-
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang.
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang.
·
Standarisasi larutan baku Ammonium Tiosianat (NH4SCN) dengan larutan standar
AgNO3.
1.Siapkan larutan AgNO3
dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 kedalam 1000 mL.
2.Siapkan larutan NH4SCN
0,1 N dengan cara melarutkan 7,60 gram NH4SCN.
3.Ambil 25,00 mL larutan standar AgNO3
0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 5
mL larutan Fe(NH4)2SO4 1 N sebagai indikator
4.Titrasi dengan larutan NH4SCN
(yang sudah disiapkan) sampai pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
5.Percobaan dilakukan 3 kali
6.Hitung normalitas (N) NH4SCN
·
Penetapan kadar Amonium Klorida
Prosedur :
1.Timbang
seksama 200 mg zat, larutkan dengan 30 ml air. Tambahkan beturut-turut 15 ml
asam nitrat encer P dan 50,0 ml larutan perak nitrat 0,1 N, kocok kuat-kuat
selama 1 menit.
2. Titrasi
dengan larutan baku Amonium tiosianat 0,1 N dengan menggunakan indicator besi
(III) ammonium sulfat sebanyak 1 ml hingga terjadi warna merah cokelat yang
tidak hilang setelah dikocok selama 5 menit.
3.
Tiap ml perak
nitrat 0,1 N setara dengan 5,349 mg ammonium klorida.
· Contoh soal
Seberat 0,10 g senyawa garam magnesium bromida berair kristal murni (
MgBr2 . n H2O)dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL.
Seluruh larutan tersebut dititrasi secara Argentometri dengan cara Volhard.
Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N lalu dititrasi dengan larutan
standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan 1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 ,
Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan : dalam air : MgBr2. n H2O
→ Mg2+ + 2 Br -
+ n H2O )
· Perhitungan
Mr. MgBr2 . n H2O
= 170 + 18 n
[ SCN - ] yang bereaksi
dengan kelebihan Ag + = 0,1050 N x 1,50 mL =
0,1575 molek
Ag+ total untuk mentiter
Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220 mmolek
Sehingga Ag+
untuk mentiter Br - = 1,1220 – 0,1575 = 0,9645
mmolek
Dari proses titrasi :
mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645
Jadi [ Br -] dalam
sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol
Dari proses perurain zat dalam air :
[ MgBr2 ] = ½ x [ Br -] = ½ x 0,9645 =
0,4823 mmol
Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170
+ 18 n ) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg
Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg
Sehingga : 100 = ( 82 +
8,68 n ) ; maka n =
= 2
· Reaksi
Ag(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s)
(endapan putih)
Ag+(aq)
+ SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq)
+ SCN-(aq) -> Fe(SCN)2+
(kompleks berwarna merah)
4.
Metode
Liebig
· Pengertian
Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan
terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan
alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut
kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah
sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan
endapan perak sianida.
Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya
kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat
disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik
akhir titrasi.Cara Leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila
pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan,
serta tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoniakalis karena ion perak
akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut.
2.
Beberapa
Senyawa Yang di tetapkan secara Argentometri Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV
:
1. Amonium Klorida
2. Fenoterol Hidrobromida
3. Kalium klorida
4. Klorbutanol
5. Melfalan
6. Natrium
klorida
7. Natrium
nitroprusida
8. Sistein
hidroklorida
9. Tiamfenikol
3.
Faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam memilih indicator adsorbsiyang cocok untuk sebuah
titrasi pengendapan :
1.
AgCl seharusnya
tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar pada titik
ekivalen
2. Adsorpsi dari
indicator seharusnya dimulai sejak sebelum titik ekivalen dan meningkat secara cepat
pada titik ekivalen
3. PH dari media
titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indicator asam lemah atau basa lemah tersedia cukup.
4. Amat disarankan
bahwa ion indicator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai
titran
BAB IV
KESIMPULAN
Argentometri, yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion
halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Pada Argentometri terdapat 4 Metode, yaitu
: Metode Mohr, Metode Fajans, Metode Volhard dan Metode
Leibig.
1.
Metode Mohr :
Untuk penentuan kadar Cl- dan Br-, Suasana larutan : netral
atau sedikit basa ( pH : 6,5 – 9 ).
Indikator : larutan K2CrO4 ( hijau
muda-kekuningan ). Pada TAT terbentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
merah-kecoklatan , setelah semua Cl- atau Br-
diendapkan sebagai AgCl yang berwarna putih atau AgBr yang berwarna putih
kekuningan ; sehingga pada proses ini TAT terjadi SETELAH
TE . Dan dalam praktek TAT diamati berupa warna merah-kecoklatan pada
cairannya. Proses titrasinya LANGSUNG ; larutan sampel langsung
ditetesi pentiter.
2.
Metode Fajans
: Senyawa organik yang berwarna
untuk mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur
organiknya, dengan indikator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen Argentometri
cara Fajans menggunakan indikator absorpsi. Pada TAT terjadi adsorpsi
indikator oleh endapan yang terjadi. Warna indikator berbeda
antara sebelum dan sesudah diadsorpsi.
Indikator
berupa a) garam Na dari fluorescein atau eosin
b)
garam klorida daro rhodamin
3.
Metode
Volhard : Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator -
Metode Argentometri cara Volhard dalah titrimetri yang pada TAT-nya
terbentuk senyawa berwarna yang LARUT. Cara Volhard dapat
digunakan untuk menentukan kadar ion-ion Cl-, Br- dan I-. Suasana larutan sampel
: asam . Indikator : larutan garam Fe(III) misalnya Fe(NO3)3
( kuning – coklat ). Teknik : TIDAK LANGSUNG ; yaitu : sampal
diberi larutan AgNO3 berlebih, dan kelebihan.
4.
Metode Leibig
Metode ini titik akhir titrasi
ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil.
Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan
menghasilkan endapan perak sianida. Titik
akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam
menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan
melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi.
Argentometri
menggunakan larutan standar perak nitrat, punya indikator berbeda pada masing”
metode. Yang lebih efisien adalah metode mohr karena lebih akurat pada
konsentrasi klorida yang rendah, yang lebih susah metode volhard karena saat
titik akhir ekivalen harus di kocok kuat
DAFTAR
PUSTAKA
Day & Underwood. 1999. Dasar kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Mursyidi Achmad & Rohman Abdul.
2006. Pengantar Kimia Farmasi Analis Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Yayasan Farmasi
Indonesia
Http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/argentometri/metode-volhard/
Diakses pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 21.00 WIB.
Http://kampungilmu-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-92363-Kimia%20Analitik-ARGENTOMETRI.html
Diakses pada tanggal 06 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Http://mhdjakasuntana.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 07 Januari 2015 pukul 08.00 WIB.