Wednesday 7 October 2015

ANALISA FARMASI MAKALAH



MAKALAH TITRASI
ARGENTOMETRI




DISUSUN OLEH                                :
                                    KELAS 3K
ANGGOTA KELOMPOK                   :
1.                 DWI RHOMANDONI PUTRI        (1304015148)
2.                 ERLINDA SYAFITRI                     (1304015163)
3.                 RINDA ANITASARI                      (1404017017)


     MATA KULIAH ANALISA FARMASI
FAKULTAS FARMASI dan SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA
2014




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
      Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pengendapan, seperti:
       Ag+ + Cl- → AgCl (s)
       Ag+ + I- → AgI (s)
 Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Empat teknik argentometri telah dikembangkan yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans dan Leibig. Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral. Larutan standar yang dipergunakan adalah perak nitrat, dengan indikator kalium kromat. Pada penambahan perak nitrat akan terbentuk endapan berwarna putih sampai mencapai titik ekivalen, penambahan sedikit saja perak nitrat akan menyebabkan terjadi endapan merah yang berasal dari perak kromat. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh klorida atau bromida sudah bereaksi.
   Teknik Volhard, dikembangkan untuk menetapkan kadar perak, sedangkan Fajans dan Leibig kedua-duanya mengembangkan teknik penetapan titik ekivalensi titrasi. Fajans mnegembangkan indikator adsorbsi, dimana warna teradsorpsi pada permukaan endapan sehinga terjadi perubahan warna pada endapan sebagai titik akhir titrasi. Sedangkan Leibig terbentuknya larutan yang kurah karena adanya senyawa kompleks sianida.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)

2.2    Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri
1.   Metode Mohr : Pembentukan Suatu Endapan Berwarna
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2.    Metode Volhard : Pembentukan kompleks berwarna
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
3.    Metode Fajans : Penggunaan Indikator Adsorpsi
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
       Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
 HFI  Û  H+  +  FI-
      Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni : (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi.
      Susunan dan perubahan warna indicator adsorbsi
        Fluorescein, merupakan larutan 0,2 % flourosein dalam alcohol 70 % atau larutan 0,2 % natrium flourosein dalam air.
         Diklorofluorescein, merupakan larutan 0,1 % diklofluorescein dalam alcohol 70 % atau larutan 0,1 % garam natrium dalam air.
         Eosin, merupakan larutan 0,1 % eosin dalam alcohol 70 % atau larutan 0,1 % garam natrium dalam air.
        Rhodamin b, merupakan larutan 0,05 % dalam air.
Tabel 7.2.
Pemilihan dan perubahan warna
Indikator
Penggunaan
Perubahan warna pada titik akhir
Keterangan
Fluorescein
Cl-, Br-, I-, CNS- dengan Ag+
Hijau kekuningan → kemerah-merahan
Larutan sedikit basa
Diklorofluorescein
Cl-, Br-, I-, CNS- dengan Ag+
Hijau kekuningan → kemerah-merahan
PH larutan 4,4-7
Eosin
Br-, I-, CNS- dengan Ag+
Kemerah-merahan → ungu kemerahan
Dalam larutan asam asetat dengan PH 1-2
Rhodamin 6G
Ag+ dengan Br-
Jingga kemerah-merahan → ungu kemerah-merahan
Dalam larutan asam nitrat encer keasaman tidak lebih 0,5 N
1.  Metode Leibig
          Pada Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi.












BAB II
 PEMBAHASAN

1.      Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri
1.      Metode Mohr
·   Pengertian
  Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna) dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indicator. Titrasi mohr dari klorida dengan ion perak yang dalam hal ini ion kromat digunakan sebagai indicator. Penampilan utama yang tetap dari endapan perak kromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi (Anonim). Titrasi mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH 6-10.
   Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl- dan Br- dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak CrO4- yang berwarna merah.Perak adalah logam putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 g ml-1) dan ia melebur pada 960,5 oC, ia tak larut dalam asam klorida,asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer (2M). Perak nitrat mudah larut dalam air, perak asetat, perak nitrit, dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa.
     Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).
    



Kerugian metode Mohr :
1.      Adanya ion-ion seperti sulfide, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.\
2.      Titik akhir kurang sensitive jika menggunakan larutan yang encer.
3.      Ion-ion yang diadsorbsindari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga pengocokan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.

·    Standarisasi larutan baku
          Standarisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl 0,1 N
1. Dipipet 10 ml larutan baku NaCl 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5%
3. Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berwarna coklat
4. Dikocok hingga warna tidak hilang dan dicatat volume yang dibutuhkan.
·   Penetapan kadar
 Penetapan kadar NaCl dalam garam dapur (Metode Mohr)
Prosedur Misalkan:
·         Timbang dengan seksama 250 mg natrium klorida, larutkan dalam 50 ml air.
·         Titrasi dengan larutan baku perak nitrat 0,1 N dengan menggunakan indicator kalium kromat 1 ml.
·         Tiap ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg natrium klorida.
·      Contoh soal
Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0 g  sampel garam dilarutkan dalam air sampai 100,0 mL . Sebanyak 10,0 mL larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1100 N dengan cara Mohr. Untuk larutan sampel membutuhkan pentiter 9,60 mL, sedangakan  untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar NaCl dalam sampel garam tersebut dalam % b/b.

o   Pada saat TE ( dianggap sama dengan TAT ) berlaku rumus dasar volumetri yaitu : mmolek sampel  =  mmolek pentiter 
o   Dalam hal Argentometri :      
o   mmolek sampel  =  mmolek Ag+      atau    Vs x N s  =  VAg+  x  N Ag+                     
o   s  =  sampel 
o   Vol. Pentiter yang diperlukan = 9,60 – 0,10 = 9,50 mL
o   Dari rumus   di atas , maka : [Cl-] =  N  = 0,1056 M
o   Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml sampel mengandung
o   NaCl = 100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol  =  0,01056 x 58,5 g = 0, 62 g
         = 0,62 / 1,0 x 100 %  =  62 %    
          
·      Reaksi
           Metode Mohr
           AgNO3  +  NaCl  ®  AgCl¯  + NaNO3
                                             putih

          2 AgNO3  + K2CrO®  Ag2CrO4¯  +  2KNO3
                                               merah coklat

2.      Metode Fajans
·   Pengertian
     Metode Fajans menggunakan indicator senyawa organic yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indicator yang biasa digunakan yaitu indicator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna.
Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah : AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl + NaNO3(aq)
Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indicator pada endapan AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.

·    Standarisasi larutan baku
1.   Siapkan larutan standar NaCl 0,1N dengan cara melarutkan 5,8 gram NaCl (yang telah dikeringkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 1100C) ke dalam 1000 mlL aquades didalam labu ukur.
2.   Ambil 25,00 mL larutan NaCl tersebut dengan pipet volume, tuangkanke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
3.   Tambahkan 0,4 mL indikator diklorofluoroscein dan 0,1 gram dekstrin.
4.   Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1N yang telah disiapkan, sampai pertama kali terbentuk warna merah muda pada permukaan endapan AgCl yang terbentuk
5. Percobaan diulang 3 kali.
·  Penetapan kadar Kalium iodida
         Prosedur :
1.      Timbang dengan seksama 300 mg zat, larutkan dalam 25 ml air, tambahkan 1,5 ml asam asetat encer P.
2.      Titrasi dengan larutan perak nitrat 0,1 N dengan menggunakan indicator eosin LP 2 tetes hingga warna endapan yang terbentuk berubah menjadi merah.
3.       Tiap ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,60 mg kalium iodida.
          
·   Reaksi
                      Metode Fajans
              AgNO3  +  NaCl  ®  AgCl¯  + NaNO3


3.      Metode Volhard
·   Pengertian
  Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil.   Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didabsorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi.
  Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.
   Sehingga : AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang
.



·    Standarisasi larutan baku Ammonium Tiosianat  (NH4SCN) dengan larutan standar AgNO3.
1.Siapkan larutan AgNO3 dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 kedalam 1000 mL.
2.Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N dengan cara melarutkan 7,60 gram NH4SCN.
3.Ambil 25,00 mL larutan standar AgNO3 0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 5 mL larutan Fe(NH4)2SO4 1 N sebagai indikator
4.Titrasi dengan larutan NH4SCN (yang sudah disiapkan) sampai pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
5.Percobaan dilakukan 3 kali
6.Hitung normalitas (N) NH4SCN
·   Penetapan kadar Amonium Klorida
         Prosedur :
1.Timbang seksama 200 mg zat, larutkan dengan 30 ml air. Tambahkan beturut-turut 15 ml asam nitrat encer P dan 50,0 ml larutan perak nitrat 0,1 N, kocok kuat-kuat selama 1 menit.
2. Titrasi dengan larutan baku Amonium tiosianat 0,1 N dengan menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat sebanyak 1 ml hingga terjadi warna merah cokelat yang tidak hilang setelah dikocok selama 5 menit.
3.    Tiap ml perak  nitrat 0,1 N setara dengan 5,349 mg ammonium klorida.
·  Contoh soal
Seberat 0,10 g senyawa garam magnesium bromida berair kristal murni ( MgBr2 . n H2O)dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut dititrasi secara Argentometri dengan cara Volhard. Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N lalu dititrasi dengan larutan standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan 1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 , Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan : dalam air : MgBr2. n H2O     →    Mg2+  +  2 Br -  +  n H2O )

·  Perhitungan
Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n
[ SCN - ] yang bereaksi dengan  kelebihan Ag + =  0,1050 N x 1,50 mL =  0,1575 molek
Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN-  = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220 mmolek
Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 – 0,1575 = 0,9645 mmolek   
 Dari proses titrasi :  mmolek Br -  =  mmolek Ag+ = 0,9645
 Jadi [ Br -] dalam sampel  = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol
Dari proses perurain zat dalam air : [ MgBr2 ] = ½ x [ Br -]   = ½ x  0,9645 = 0,4823 mmol
Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170 + 18 n )  mg =  ( 82 + 8,68 n ) mg
Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg
Sehingga  :  100 = ( 82 + 8,68 n ) ;     maka   n  =    =  2
·  Reaksi
  Ag(aq)  + Cl-(aq) -> AgCl(s)  (endapan putih)
         Ag+(aq)  + SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih)
         Fe3+(aq)  + SCN-(aq) -> Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

4.         Metode Liebig
·   Pengertian
Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida.
   Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi.Cara Leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan, serta tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoniakalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut.

2.   Beberapa Senyawa Yang di tetapkan secara Argentometri Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV :
1. Amonium Klorida
2. Fenoterol Hidrobromida
3. Kalium klorida
4. Klorbutanol
5. Melfalan
6. Natrium klorida
7. Natrium nitroprusida
8. Sistein hidroklorida
9. Tiamfenikol
3.   Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih indicator adsorbsiyang cocok untuk sebuah titrasi pengendapan :
1.    AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar  pada titik ekivalen
2.  Adsorpsi dari indicator seharusnya dimulai sejak sebelum titik ekivalen dan meningkat  secara cepat pada titik ekivalen
3.  PH dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indicator asam lemah atau basa lemah tersedia cukup.
4.  Amat disarankan bahwa ion indicator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran



BAB IV
KESIMPULAN
Argentometri, yaitu titrasi penentuan analit    yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Pada Argentometri terdapat 4 Metode, yaitu : Metode Mohr, Metode Fajans, Metode Volhard dan Metode Leibig.
1.      Metode Mohr : Untuk penentuan kadar Cl- dan Br-, Suasana larutan : netral atau sedikit basa ( pH : 6,5 – 9 ). Indikator : larutan K2CrO4 ( hijau muda-kekuningan ). Pada TAT terbentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah-kecoklatan , setelah semua Cl- atau Br-  diendapkan sebagai AgCl  yang berwarna putih atau AgBr yang berwarna putih kekuningan  ; sehingga pada proses ini TAT terjadi  SETELAH TE . Dan dalam praktek TAT diamati  berupa warna merah-kecoklatan pada cairannya. Proses titrasinya  LANGSUNG ; larutan sampel langsung ditetesi pentiter.
2.      Metode Fajans :          Senyawa organik yang berwarna untuk mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya, dengan indikator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen Argentometri cara Fajans menggunakan indikator absorpsi. Pada TAT terjadi adsorpsi  indikator  oleh endapan yang terjadi.   Warna indikator berbeda antara  sebelum dan sesudah diadsorpsi.
Indikator berupa a) garam Na dari fluorescein atau eosin
                                        b) garam klorida daro rhodamin
3.      Metode Volhard : Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator - Metode Argentometri cara Volhard dalah titrimetri yang  pada TAT-nya terbentuk senyawa  berwarna yang LARUT. Cara Volhard  dapat digunakan untuk menentukan kadar ion-ion Cl-, Br- dan I-. Suasana larutan sampel :  asam . Indikator : larutan garam Fe(III) misalnya Fe(NO3)3 ( kuning – coklat ). Teknik  :  TIDAK LANGSUNG ; yaitu : sampal diberi larutan AgNO3 berlebih, dan kelebihan.

4.      Metode Leibig
Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida.  Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi.
Argentometri menggunakan larutan standar perak nitrat, punya indikator berbeda pada masing” metode. Yang lebih efisien adalah metode mohr karena lebih akurat pada konsentrasi klorida yang rendah, yang lebih susah metode volhard karena saat titik akhir ekivalen harus di kocok kuat

















DAFTAR PUSTAKA

Day & Underwood. 1999. Dasar kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Mursyidi Achmad & Rohman Abdul. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analis Volumetri dan    Gravimetri. Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia
Http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/argentometri/metode-volhard/
Diakses pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 21.00 WIB.
Http://kampungilmu-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-92363-Kimia%20Analitik-ARGENTOMETRI.html
Diakses pada tanggal 06 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Http://mhdjakasuntana.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 07 Januari 2015 pukul 08.00 WIB.