Friday, 11 April 2014

BIOLOGI



Porifera (Latin: porus = pori,fer = membawa) atau spons atau hewan berpori adalah sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana.

Ciri-ciri morfologinya antara lain:
*       tubuhnya berpori (ostium)
*       multiseluler
*       tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
*       berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
*       warnanya bervariasi
*       tidak berpindah tempat (sesil)
Ciri-ciri anatominya antara lain:
*       memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
*       pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera umumnya di laut.

Reproduksi

Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera.

Peran Porifera dalam kehidupan

Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi sebagai obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.

Cnidaria


?Cnidaria
Rentang fosil: Ediakara - Sekarang

Jelatang laut, Chrysaora quinquecirrha
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Cnidaria
Hatschek, 1888
Kelas

Cnidaria adalah sebuah filum yang terdiri atas sekitar 9.000 spesies hewan sederhana yang hanya ditemukan di perairan, kebanyakan lingkungan laut. Dari sudut etimologi, kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani "cnidos" yang berarti "jarum penyengat". Kemampuan menyengat cnidaria-lah yang merupakan asal nama mereka.Ciri khas Cnidaria adalah knidosit, yang merupakan sel terspesialisasi yang mereka pakai terutama untuk menangkap mangsa dan membela diri. Tubuh mereka terdiri atas mesoglea, suatu bahan tak hidup yang mirip jeli, terletak di antara dua lapisan epitelium yang biasanya setebal satu sel. Mereka memiliki dua bentuk tubuh dasar: medusa yang berenang dan polip yang sesil, keduanya simetris radial dengan mulut dikelilingi oleh tentakel berknidosit. Kedua bentuk tersebut mempunyai satu lubang jalan masuk yang berfungsi sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh yang digunakan untuk mencerna makanan dan bernapas. Banyak cnidaria memproduksi koloni yang meruapakan organisme tunggal terdiri atas zooid mirip medusa atau mirip polip atau keduanya. Kegiatan cnidaria dikoordinasikan oleh jaring-jaring saraf tak terpusat serta reseptor sederhana. Beberapa Cubozoa dan Scyphozoa yang berenang bebas memiliki indera penyeimbang statokista dan ada yang punya ropalia, suatu struktur pengindera kompleks yang dapat termasuk mata pembentuk citra dengan lensa dan retina yang sederhana. Semua cnidaria berkembangbiak secara seksual. Banyak cnidaria memiliki daur hidup yang rumit dengan tingkat perkembangan polip aseksual dan medusa seksual, namun beberapa tidak memiliki polip atau tidak memiliki medusa.
Dalam waktu lama, Cnidaria dikelompokkan dengan Ctenophora dalam filum Coelenterata, akan tetapi setelah lebih disadari perbedaan mereka menyebabkan mereka ditempatkan pada filum yang terpisah. Cnidaria diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama: Anthozoa yang sesil terdiri dari anemon laut, koral, dan pena laut; serta Scyphozoa (ubur-ubur), Cubozoa (ubur-ubur kotak) dan Hydrozoa yang ketiganya perenang, kelompok beranekaragam yang termasuk cnidaria air tawar dan juga cnidaria laut, dan memiliki baik anggota yang sesil seperti Hydra dan perenang berkoloni seperti ubur-ubur kapal perang portugis. Staurozoa baru-baru ini diakui sebagai satu kelas tersendiri dan bukan bagian kelompok Scyphozoa, dan ada perdebatan tentang apakah Myxozoa dan Polypodiozoa merupakan cnidaria atau lebih dekat pada bilateria (hewan yang lebih kompleks).
Banyak cnidaria memangsa organisme yang berukuran dari plankton hingga binatang yang berukuran beberapa kali lebih besar dari mereka sendiri, tetapi banyak dari mereka mendapatkan nutrisi dari alga endosimbiotik, dan ada yang bersifat parasit. Banyak cnidaria yang dimangsa oleh binatang lain termasuk bintang laut, ikan dan penyu. Terumbu karang yang polipnya kaya akan alga endosimbiotik, menopang beberapa ekosistem paling produktif di dunia, dan melindungi vegetasi di daerah pasang-surut dan pada garis pantai dari arus yang kuat dan juga pasang air laut. Sementara koral terbatas hidup di air laut hangat dan dangkal, cnidaria lain hidup di laut dalam, dai lautan kutub dan di air tawar.
Fosil cnidaria telah ditemukan di bebatuan yang terbentuk 580 juta tahun lalu, dan fosil lain menunjukkan bahwa koral sudah ada tak lama sebelum 490 juta tahun lalu dan menjadi beranekaragam beberapa juta tahun kemudian. Fosil cnidaria yang tidak membuat struktur bermineral sangat jarang Ilmuwan saat ini berpikir bahwa cnidaria, ctenophora dan bilateria loebih dekat kekerabatannya dengan spons calcarea daripada dengan spons lain, dan bahwa anthozoa adalah "bibi" atau "saudara" evolusioner dari cnidaria lain, dan lebih berkerabat dekat dengan bulateria. Analisis baru-baru ini menyimpulkan bahwa cnidaria, meskipun dianggap lebih "primitif" dari bilateria, memiliki rentang gen yang besar.
Sengat ubur-ubur membunuh beberapa ratus orang pada abad ke 20 , dan ubur-ubur kotak lah yang terutama sekali berbahaya. Di pihak lain, beberapa ubur-ubur besar dianggap sebagai makanan enak di Asia timur dan selatan. terumbu karang telah lama dianggap penting secara ekonomi sebagai tempat memancing, pelindung bangunan di pantai dari arus dan pasang air laut, dan baru-baru ini sebagai pusat wisata. Namun, mereka rentan terhadap penangkapan ikan berlebih, pertambangan material bangunan, polusi, dan kerusakan akibat pariwisata.

Ciri-ciri khas



Dua bentuk Cnidaria: (a) bentuk polip dan (b.) bentuk medusa.
Cnidaria membentuk filum hewan yang lebih komplels daripada spons, hampir sekompleks ctenophora (ubur-ubur sisir), dan kurang kompleks dibanding bilateria, yang termasuk hampir semua hewan lain. Akan tetapi, cnidaria dan ctenophora lebih kompleks daripada spons karena mereka memiliki: sel-sel yang diikat oleh penghubung antar-sel dan membran dasar yang mirip karpet; otot; sistem saraf, dan beberapa mempunyai organ pengindera. Cnidaria berbeda dari binatang lain karena memiliki knidosit yang menembak seperti harpun dan digunakan terutama untuk menangkap mangsa dan tambatan pada beberapa spesies.[1]
Seperti spons dan ctenophora, cnidaria mempunyai dua lapisan sel utama yang mengapit lapisan tengah yang mirip jeli yang disebut mesoglea pada cnidaria; hewan yang lebih kompleks memiliki tiga lapisan sel utama dan tidak ada lapisan perantara mirip jeli. Oleh karena itu, cnidaria dan ctenophora disebut sebagai diploblastik secara tradisional, bersama dengan spons.[1][2] Akan tetapi, cnidaria dan ctenophora memiliki tipe otot yang, pada hewan yang lebih kompleks, berasal dari lapisan sel tengah.[3] Sebagai hasilnya beberapa buku teks baru-baru ini mengklasifikasikan ctenophora sebagai triploblastik,[4] dan diperkirakan bahwa cnidaria berevolusi dari moyang yang triploblastik.[3]

Deskripsi

Lapisan sel utama

Cnidaria adalah binatang diploblastik, dengan kata lain mereka mempunyai dua lapisan sel utama, sedangkan binatang yang lebih kompleks adalah triploblastik yang mempunyai tiga lapisan utama. Dua lapisan sel utama cnidaria membentuk epitel yang kebanyakan setebal satu sel, dan melekat pada membran dasar berserat, yang mereka sekresikan. mereka juga mensekresikan mesoglea yang mirip jeli yang memisahkan lapisan-lapisan tersebut. Lapisan yang menghadap ke luar, dikenal sebagai eksoderm ("kulit luar"), biasanya terdiri dari tipe-tipe sel berikut::[1]
*         Sel epiteliomuskuler yang tubuhnya membentuk bagian epitelium tapi yang dasarnya meluas membentuk serat-serat otot pada baris-baris sejajar.[8] Serat-serat lapisan sel yang menghadap keluar ini umumnya tegak lurus pada serat-serat dari lapisan sel yang menghadap kedalam. Pada Anthozoa (anemon laut, koral, dan lain-lain) dan Scyphozoa (ubur-ubur), mesogleanya juga terdapat sel-sel otot.[2]
*         Knidosit (Cnidocyte) , sel penyengat mirip harpun yang memberi nama filum Cnidaria ini. Sel-sel ini berada di antara atau kadang di atas sel-sel otot.[1]
*         Sel saraf. Sel pengindera berada di antara atau kadangkala di atas sel-sel otot,[1] dan berkomunikasi melalui sinapsis (celah yang dilalui sinyal kimia) dengan sel saraf motor, yang terutama terletak di antara dasar dari sel-sel otot.[2]
*         Sel interstisial, yang tak terspesialisasi, dan dapat menggantikan sel-sel yang hilang atau rusak dengan berubah menjadi tipe yang sesuai. Sel-sel ini terdapat di antara dasar sel-sel otot.[1]
*         Selain sel epiteliomuskuler, saraf dan interstisial, gastrodermis ("kulit perut") mengandung sel-sel kelenjar yang mensekresikan enzim pencernaan. Pada beberapa spesies ia juga mempunyai knidosit yang dipakai untuk mengalahkan mangsanya yang masih berjuan

Ctenophora

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Ctenophora

Domain:
Kerajaan:
Filum:
Ctenophora
Kelas
*         Tentaculata (Tentaculata)
*         Nuda (Atentaculata) (Nuda)
*         Ctenophora Punah (Extinct Ctenophora)

Ctenophora (/ˈtɛnəfɔər/ atau /ˈtiːnəfɔər/) adalah sebuah filum. Anggota filum ini menyerupai hewan ubur-ubur walaupun secara klasifikasi berbeda filum. Ctenophore berasal dari bahasa Yunani kteno-, kteis, "sisir" dan -phore, "pembawa" yang dalam bahasa Latin disebut ctenophorus.

Platyhelminthes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Platyhelminthes

Domain:
Kerajaan:
Filum:
Platyhelminthes
Kelas
*         Turbellaria (Turbellaria)
*         Trematoda (Trematoda)
*         Cestoidea (Cestoda)
*         Monogenea (Monogenea)
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertinea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.[1]

Ciri-ciri

Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain.[2]. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.[2] Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.[2]

Struktur dan fungsi tubuh

Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. [3] Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.[3]

Sistem pencernaan

Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus.[3] Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.[3]. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.[3] Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.[3]
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus.[3] Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler.[3] Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.[3]

Sistem syaraf

Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih[3]:
*         Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. [3]Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. [3] Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang. [3]
*         Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).[3]

Indera

Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. [3] Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). [3] Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya.[4] Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). [3] Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia. [5] Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api.[4] Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. [5] Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel. [5]

Reproduksi

Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit[6].

Klasifikasi

Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita)[7].
*         Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria. [7]
*         Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. [7] Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma[7]
*         Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. [7] Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata[7] Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer[7]

Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes



Schistosoma mansoni, penyebab Schistosoma pada manusia.
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. [8] Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.[8] Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. [8](Inggris)[3] Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia.[3] [8]. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya[9]. Spesies ini dapat menghisap darah manusia[9]. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut[10].
Kelas menulis Wikipedia untuk umum telah dibuka untuk setiap minggunya. Anda dapat mengikutinya!

Nemathelminthes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Nemathelminthes atau Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai pada Kerajaan Hewan (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik[1]. Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk kemudahan.
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing gilig: hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang, bahkan sangat panjang sehingga muncullah nama 'Nemathelminthes', yang berarti "cacing berkas" (dari bahasa Yunani).[2] Tubuhnya tidak beruas-ruas.[2]

Daftar isi

[sembunyikan]
*         1 Pembagian
*         2 Ciri Tubuh
*         3 Cara Hidup dan Habitat
*         4 Reproduksi
*         5 Klasifikasi
*         6 Referensi

[sunting] Pembagian

Dari semua kelompok hewan yang digolongkan sebagai Nemathelminthes terdapat delapan sampai sepuluh filum yang dikenal pada masa kini, yaitu:
*         Acanthocephala
*         Chaetognatha
*         Cycliophora
*         Gastrotricha
*         Kinorhyncha
*         Loricifera
*         Nematoda
*         Nematophora
*         Priapulida
*         Rotifera

 Ciri Tubuh

Nemathelminthes memiliki tubuh berbentuk bulat panjang seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing. Cacing ini memiliki rongga tubuh semu, sehingga disebut sebagai hewan pseudoselomata[2].
Nemathelminthes umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada pula yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan[2].
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri dari enzim pencernaan yang berasal dari inangnya. Kutikula ini akan semakin menguat apabila cacing ini hidup parasit pada usus inang daripada hidup bebas[2].
Sistem pencernaan cacing ini telah lengkap, terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa jenis ada yang memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi. Cairan pseudoselom yang akan mengalirkan makanan ke seluruh tubuh dan pernapasan akan berlangsung secara difusi melalui permukaan tubuh
  Cara Hidup dan Habitat
Nemathelminthes ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada manusia. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek dan di dasar perairan, berperan untuk menguraikan sampah organik, sedangkan yang parasit akan hidup di tubuh inangnya dan memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampr seluruh hewan dapat menjadi inang bagi Nemathelminthes
  Reproduksi
Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena sistem reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Hasil fertilisasi dapat mencapai lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di lingkungan yang tidak menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista untuk perlindungan dirinya[2].

No comments:

Post a Comment